Desas desus gaji guru selama pandemi
Wabah Covid-19 yang sekarang ini masih menerpa dunia benar-benar berpengaruh pada proses pengajaran. Evaluasi yang awalnya berjalan secara bertemu muka, sekarang harus terpaksa dikerjakan secara jarak jauh.
Karena kejadian pandemi ini belum sempat terjadi awalnya. Beberapa faksi yang turut serta pada proses pengajaran dipaksakan harus cepat belajar sesuaikan kondisi. Misalkan, guru dan siswa yang awalannya kurang memahami bagaimana memakai media digital seperti google meet, zoom, dan lain-lain. Sekarang harus dapat menyesuaikan supaya bisa sesuaikan keperluan evaluasi.
Dari pemikiran guru, ada beragam imbas positif saat wabah. Satu diantaranya yakni guru kantongi ilmu-ilmu baru. Tetapi, di lain sisi banyak kesusahan yang dirasakan. Dimulai dari sisi perlengkapan sampai penerapan evaluasi.
Susahnya kembali, banyak faksi yang menduga jika guru malah makan upah buta karena tidak kelihatan kegiatan mengajarnya. Wali siswa yang berasa kerepotan menuntun anaknya kerap menekan supaya diselenggarakan evaluasi bertemu muka. Tetapi, tentu saja guru tidak berkuasa putuskan karena bagaimana juga wabah bukan keadaan yang kami harapkan.
Walau sebenarnya ada banyak hal yang guru alami saat wabah kemungkinan lepas dijumpai di bawah ini.
Saat sebelum wabah, jam kerja guru rerata di antara 7-8 jam setiap harinya. Pulang mengajarkan, guru dapat beraktivitas lain.
Sejak wabah, semua evaluasi berbasiskan เล่นบอลออนไลน์ online. Saat di dalam rumah juga guru masih kerjakan tugas mengajarkan.
Misalkan, merangkum nilai atau jawab pertanyaan siswa mengenai evaluasi. Karena, sering siswa mengirim hasil kerjanya setiap saat.
Dapat pagi buta bahkan juga larut malam. Hingga guru selalu harus siap siaga. Belum juga pekerjaan tambahan guru selainnya mengajarkan harus juga tersudahi.
Karena dilaksanakan lewat cara online, sampaikan materi dan mengawasi perubahan siswa jadi kurang optimal. Benar ada siswa yang disiplin datang dan ikuti evaluasi.
Tetapi, cukup banyak juga yang seenaknya. Seperti meremehkan jam evaluasi dan guru. Bila baiknya jumlah siswa yang turut ialah 30 anak, yang terjadi sering cuman 4-5 anak yang siap belajar.
Bekasnya, ada yang kerjakan hal-hal lain. Bahkan juga saat dikontak lajur individu. Guru harus extra sabar dan mengelus dada jika chat cuman di-read saja tanpa respon yang lain.
Untuk penuhi kapabilitas tentu saja siswa harus kerjakan pekerjaan yang diberi guru. Tetapi, realitanya malah ada siswa yang tidak kerjakan benar-benar hingga guru harus menagihnya berkali-kali. Dapat lewat chat, telephone, bahkan juga berkunjung rumah siswa yang berkaitan.
Sama seperti yang telah dicatat pada awal, jika keadaan ini belum sempat terjadi awalnya. Hingga, guru harus terus belajar untuk mendapati formulasi yang pas saat melakukan evaluasi.
Misalkan, bagaimanakah cara supaya siswa tidak jemu, kembali semangat, dan memahami pada materi evaluasi. Selanjutnya guru coba mengaplikasikan apa yang didalami.
Walau tidak berhasil saat dikerjakan pada siswanya, untuk guru itu ialah hal yang umum. Tetapi, guru tidak lalu berserah untuk selalu belajar dalam tengahnya tugas yang lain.
Guru terus belajar untuk pahami keadaan siswa. Bagaimana juga tiap siswa berlainan latar belakangnya. Tidak semua diberi keringanan untuk belajar secara jarak jauh.