Surat Klarifikasi Presiden Macron: Prancis Tidak Pernah Anti-Islam
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengeluarkan surat klarifikasi atas tuduhan yang mengatakan anti-Islam. Dia memperjelas negaranya anti-separatisme serta anti-terorisme, bukan anti agama spesifik.
masyarakat indonesia menjadi member
Pro-kontra berkaitan perkataan Macron muncul sesudah beberapa kasus terorisme di Paris serta Nice. Salah satunya korbannya ialah guru yang dibunuh di jalanan.
Emmanuel Macron mencuplik perkataan Ibnu Sina dalam suratnya.
Presiden Macron menyebutkan menyaksikan ada kelompok spesifik di Prancis yang menebar tuntunan radikal. Mereka itu yang dikritik Macron selaku separatis.
"Di sejumlah area dan internet, ada kelompok-kelompok Islam radikal yang memberikan tuntunan ke beberapa anak Prancis untuk membenci Republik, ajak supaya tidak menghargai undang-undang. Itu yang saya panggil 'separatisme' dalam pidato saya," catat Presiden Macron di situs kepresidenan Elysee, Kamis (5/11/2020).
Presiden Macron menerangkan ada beberapa orang yang melakukan tindakan tidak sesuai nilai-nilai Prancis. Misalnya di sejumlah wilayah ada yang memerintah beberapa anak balita menggunakan voile integral (kerudung atau niqab). Mereka pisahkan anak lelaki serta wanita.
Kewenangan wilayah di tempat mengusahakan diskusi dengan barisan itu, tetapi mereka resah pada teror gempuran pisau.
"Menantang hal itu ini hari Prancis berusaha. Menantang proyek-proyek kedengkian serta kematian yang mencelakakan beberapa anak kita. Belum pernah menantang Islam," tutur Macron.
"Menantang muslihat, menantang fanatisme, menantang berlebihanis beresiko. Bukan agama," dia memperjelas.
Presiden Prancis berbicara negaranya jadi sasaran teroris sebab rumor kebebasan. Berkaitan hal tersebut, Macron memperjelas tidak mundur untuk menjaga nilai-nilai yang diyakini Prancis.
Macron berbicara hak untuk kebebasan telah tercantum di Maklumat HAM Prancis semenjak 1789.
Presiden Macron berbicara telah lebih dari 300 rakyat Prancis jadi korban gempuran radikal semenjak 2015. Korbannya dimulai dari polisi, guru, wartawan, sampai rakyat sipil. Dia menyebutkan aktornya ialah teroris yang "membawa-bawa nama Islam."
Tetapi, dia mengomentari beberapa pihak yang menyebutkan Prancis anti pada Muslim. Dia memperjelas Prancis ialah agama sekuler yang tidak ikut serta kepentingan agama pribadi.
"Saya tidak akan biarkan siapa saja mengakui jika Prancis, atau pemerintahnya, sedang menebar rasisme pada umat Muslim. Prancis, kami terserang sebab ini, adalah sekuler untuk umat Muslim seperti untuk umat Kristen, umat Yahudi, umat Buddha, serta seluruh keyakinan.
"Netralitas negara, yang tidak sempat mengintervensi kepentingan agama, jamin kebebasan beribadah. Pasukan penegak hukum kita sama membuat perlindungan mushola, gereja, serta sinagoge," tutur Presiden Macron.
Dalam suratnya, Macron ikut menghargai bantuan pengetahuan dari dunia Muslim, seperti pada sektor matematika, sains, serta arsitektur.
Macron ikut kembali lagi mengomentari beberapa pihak yang dipandang memelintir perkataannya. Dia lalu mencuplik perkataan Ibnu Sina mengenai kedengkian.
"Dicatat oleh Ibnu Sina: ketidakjelasan mengakibatkan ketakutan, ketakutan mengakibatkan kedengkian, serta kedengkian mengakibatkan kekerasan."
Oleh karenanya, Macron minta supaya tidak ada kembali orang yang tidak memahami permasalahan serta justru memunculkan kedengkian untuk pimpinan Prancis, sebab hal tersebut jelas sudah akan ke arah mana.
Macron tutup suratnya dengan minta supaya seluruh pihak berpikir tenang dan arif.